Sumber Foto: liputan6.com
Sumber Foto: liputan6.com

Oleh : Muhammad Arif Syamsu Gunawan

SPOILER CONTENT!!!

Siapapun yang pernah menonton setidaknya satu franchise Spider-Man akan selalu ingat dialog legendaris dari Paman Ben, “With Great Power Comes Great Responsibility“.

Judul Film  : Spider-Man: No Way Home

Genre            : Action, Fantasy, Adventure

Sutradara   : Jon Watts

Produser    : Kevin Feige, Amy Pascal

Penulis         : Chris McKenna, Erik Sommers

Pemain        : Tom Holland, Zendaya, Jacob Batalon, Benedict Cumberbatch, Alfred Molina, Willem Dafoe, Tobey Maguire, Andrew Garfield dkk.

No Way Home benar-benar menjadi tontonan yang layak untuk dirayakan. Film ini mampu memadukan drama, aksi, humor dan nostalgia dengan sangat pas, seperti menaiki rollercoaster emosi. Campur aduk!

Sebagai penutup Trilogi Homecoming, No Way Home menjadi film terbesar dan paling spektakuler setelah atau bahkan melebihi Avenger Endgame (2019), sekaligus menjadikannya film Marvel yang memiliki koneksi tertua mengingat keterkaitannya dengan salah satu pionir film superhero modern, Spider-Man (2002) yang usianya sudah hampir dua dasawarsa ini.

Premisnya menarik, terbongkarnya identitas Spider-Man adalah Peter Parker yang kemudian menjadi buah bibir di seluruh dunia. Peter meminta tolong kepada Doctor Strange untuk membuat dunia lupa bahwa dia adalah Spider-Man. Namun, hal itu membuat situasi tak terduga yang membuat gerbang semesta lain (multiverse) terbuka. Para villain Spider-Man terdahulu seperti Doc Ock, Green Goblin, Sandman, Electro, dan Lizard-pun muncul ke semesta utama (Spider-Man Tom Holland).

KESEMPATAN KEDUA

Setelah kecerobohannya mengacaukan mantra Doctor Strange yang menyebabkan kemunculan villain dari semesta lain, Doctor Strange kemudian memerintahkan Peter Parker segera menangkap dan mengembalikan mereka ke semesta asal. Namun, alih-alih menuruti perintah Doctor Strange, Peter memilih ‘menyembuhkan’ villain tersebut.

Peter bisa saja memulangkan semua villain ke semesta asal mereka, membiarkannya jahat dan tersesat selamanya. Tetapi, Peter memilih memperbaiki dan mengubah takdir buruk mereka. Karena seandainya para villain dipulangkan begitu saja, mereka hanya akan menghadapi kematian saat menghadapi Spider-Man (Tobey Maguire dan Andrew Garfield) di semesta asalnya. Peter berupaya mengubah nasib mereka demi mendapatkan kehidupan villain yang lebih layak, agar tidak lagi tersesat dan tidak memiliki dendam kepada Peter Parker di semesta masing-masing. Peter berusaha memberikan kesempatan kedua kepada para villain untuk memperbaiki kesalahan atas kejahatan yang telah mereka perbuat. Menjadi sebuah kenaifan sekaligus moralitas yang kuat dari pahlawan muda Spider-Man, atau mungkin nurani kemanusiaan dari Peter Parker itu sendiri?

KONSEKUENSI

Menjadi Spider-Man bukanlah hal yang mudah, ada beban berat yang harus diemban Peter Parker. Tanggungjawab besar selalu menanti setiap saat, melahirkan konsekuensi dari menjadi Spider-Man.

Orang-orang terdekatnya kerap ikut merasakan dampak sebagai konsekuensi dari hubungannya dengan Spider-Man. Kekasih dan sahabatnya, MJ dan Ned tidak diterima kuliah dengan dalih mereka adalah teman terdekat Peter Parker sang kontroversi yang sedang jadi perbincangan seluruh dunia karena diangap main hakim sendiri terhadap Mysterio—musuh Spider-Man di sekuel sebelumnya. Peter menyadari ketidakadilan itu seharusnya tidak terjadi pada orang-orang terdekatnya.

Kehadiran Spider-Man seolah menjadi malapetaka, apapun yang disentuhnya akan jadi kesialan. Kematian Bibi May menjadi pukulan keras Peter Parker. Seakan setiap ada Spider-Man, akan selalu memunculkan korban. Hal itu juga yang dirasakan oleh dua Spider-Man sebelumnya yang harus kehilangan orang terdekatnya begitu mereka menjadi Spider-Man. Spider-Man Tobey Maguire kehilangan Paman Ben, Spider-Man Andrew Garfield kehilangan kekasihnya Gwen Stacy, dan sekarang Spider-Man Tom Holland kehilangan keluarga satu-satunya, Bibi May. Disinilah titik Peter memahami makna  “With Great Power Comes Great Responsibility“. Perasaan kehilangan seseorang yang berharga dan bagaimana semuanya mempengaruhi orang-orang yang ia sayang. Sebuah konsekuensi pelik dari tanggung jawab besar memakai topeng laba-laba.

KRISIS IDENTITAS

Menjadi Spider-Man, sekali lagi bukanlah hal mudah, terlebih bagi remaja SMA seperti Peter Parker. Dari film-film terdahulunya, ia digambarkan sebagai bocah cerdas yang lugu, cerewet dan ceroboh.

Ada satu kerentanan semenjak film pertamanya Homecoming, krisis identitas dalam diri Peter Parker. Krisis identitas selalu jadi problem tersendiri yang selalu dibawa Peter Parker termasuk di No Way Home ini. Sosok Peter Parker selalu berada dalam bayang-bayang karakter lain, dari Tony Stark sampai Doctor Strange membuktikan anggapan bahwa Peter Parker memang tidak bisa berdiri sendiri. Dengan segala privilege dari Tony Stark, kehidupan serba cukup, akses teknologi, dan semua kemudahan yang diberikan justru membuat Peter Parker terlena, manja dan ketergantungan. Pengembangan karakter Peter Parker bergantung pada karakter lainnya.

Pada akhirnya, No Way Home menjadi titik balik dari semua cap buruk pada diri Peter Parker. Anggapan “Spider-Boy” dipatahkan di akhir film. Setelah semua yang dia lalui, kecerobohannya, kehilangan orang tersayang, Bibi May, MJ, Ned, semuanya. Peter menuju fase yang benar, semakin dewasa, mentalitas dan jati dirinya kian terbentuk. Karakter Peter Parker berevolusi melalui No Way Home. Mengantarkan pada lembaran baru Peter Parker yang lebih mandiri, bertanggungjawab, dan mampu berdiri sendiri tanpa bayangan siapapun.

Simbolisme kuat dilukiskan melalui Peter yang memulai kehidupan barunya, menjahit ulang kostum laba-laba tanpa alat canggih Stark, tinggal sendirian di kontrakan sederhana, tidak ada yang mengenalnya. Merepresentasikan pembuktian karakter Peter Parker sesungguhnya yang sudah memahami dirinnya sendiri. Merupakan ending yang tragis sekaligus puitis. “Goodbye Spider-Boy and welcome Spider-Man!”

Kesimpulan

Spider-Man: No Way Home adalah penutup sempurna dari trilogi Home-Home sebelumnya. Dengan kehadiran Spider-Man Tobey Maguire dan Spider-Man Andrew Garfield serta para villain terdahulu, tidak menjadikan No Way Home sebagai fanservice semata. Berangkat dari kalimat “With Great Power Comes Great Responsibility” menjadikan titik balik cerita Spider-Man Tom Holland. Dan, beruntunglah kita bisa menyaksikan tiga Peter Parker dari tiga zaman berbeda dalam satu film Spider-Man: No Way Home.