.

Oleh : Ilma Alya Ghozy Triediya

PART 2

Semenjak sakit, Shea menjadi sosok yang pendiam. Namun, sejak Shea kembali berkuliah offline, banyak kejadian aneh yang dialami. Entah itu masalah Sean, ataupun masalah temannya, Ica.

Entah mengapa, Ica menjadi berubah sekali padahal sedari awal masuk kuliah, dia adalah anak yang sangat humble, ramah dan baik hati.

“She!” teriak Sean ketika Shea hendak keluar dari kelas.

Shea menengok ke arah Sean yang berlari kecil.

“kenapa An?” tanya Shea.

“mau makan gak?” tawar Sean.

“eh aku baru aja mau keluar sama Ica nih.” ucap Shea.

Sean kaget. Ia melihat ica baru saja pergi bersama temannya yang lain.

“loh? Bukannya dia pergi sama si Clea?” tanya Sean.

Shea kaget. Mengapa ia tidak diberitahu sebelumnya padahal Ica sendiri yang sudah menawarkan diri tadi pagi kalau nanti akan pergi makan siang bersama.

Shea terdiam. Ia juga merasa aneh, akhir akhir ini juga Ica menjauhi teman sekelasnya. Dan lebih memilih untuk bersama Clea kemanapun itu.

“She! Ngapain peduliin orang kayak Ica si, semenjak kamu sakit juga dia ga ada pedulinya. Udah ayo mending sama kita kita aja.” ajak Cecil dan diikuti oleh empat teman Shea lainnya. Fika, Putri, Asya,Naura juga merasa akhir akhir ini Ica berbeda dengan yang dulu.

“ikut.” ucap Sean.

“udah mending ikut Fero aja deh ngapain ikut sama kita kita.” bantah Naura.

“yaa kan ikut sebagai bestie nya Shea.” ucap Sean.

“gak dulu.” ledek Shea sambil lari mengikuti kelima temannya itu.

Sean pergi bersama Fero menuju kantin kampus. Ia melihat Ica dan Clea disana. Sepertinya mereka tidak melihat Sean dan juga Fero.

“apasi an? Liat siapa?” tanya Fero.

“itu si Ica ama Clea.” ucap Sean.

“emang kenapa?” tanya Fero sambil meminum segelas jus alpukat yang tadi dipesan.

“sadar ga si? Kalo si Ica sekarang kayak ngehindarin kita banget? Terus juga sekarang sama si Clea mulu.” ucap Sean sambil menyendok sambel untuk mie ayam nya.

“iyasih, tapi yaudah mungkin si Ica lagi nyaman aja sama si Clea.” ucap Fero.

“kasian Shea tadi masa kaga diajak tuh sama Ica malah ninggalin gitu aja.” ucap Sean.

“Lah? Aneh banget dah.” ucap Fero heran.

“ya makanya itu.” ucap Sean.

Shea kembali ke rumahnya pukul 3 sore. Setelah ia makan siang bersama teman temannya dan akhirnya ia pulang ke rumah. Rupanya, di rumah tidak ada orang. Mamahnya pasti sudah pergi menuju toko kue. Keluarga Shea memang memiliki toko kue sendiri dan sudah cukup terkenal.

Setelah bersih bersih, Shea memasak makanan untuk makan sorenya. Padahal ia sudah makan tadi siang.

Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Shea bergegas untuk membuka pintu. Ternyata, Sean datang.

“ngapain?” tanya Shea sambil mempersilakan Sean untuk duduk di ruang tamu.

“kalo tamu dateng tuh disuguhin es teh, ini malah ditanyain kek polisi aja.” ucap Sean lalu membuka kaleng astor.

“ya lagian tiba tiba aja dateng gada bilang dulu di chat.” protes Shea.

Sean mencium aroma tidak sedap dari arah dapur.

“lagi goreng apaan kok bau gosong?” tanya Sean.

Shea terdiam. Ia teringat sesuatu.

“ya ampun gue lagi goreng telor dadar. Aduh kamu si pake dateng.” ucap Shea sambil berlari ke dapur. Benar saja, telur dadarnya gosong.

Sean menyusul ke dapur. Ia berdiri di pintu sambil tertawa melihat ekspresi Shea yang cemberut.

“udahh, emang ga bakat masak. Mending cari makan aja ayok.” ajak Sean.

“ga dikasi duit lagi sama mamah tau.”

“aku bayarin. Buruan siap siap aku tunggu didepan.” ucap Sean sambil menaikkan alisnya lalu tersenyum.

Dengan ekspresi yang masih jengkel, Shea jalan sambil melewati Sean.

“aku duduk didepan yaa!” teriak Sean.

Shea tidak menjawab perkataan Sean. Ia pergi kekamarnya dan kembali dengan pakaian yang simpel.

“rapi amat orang mau makan ramen.” ucap Sean sambil melihat ke arah Shea.

“lah kan emang biasa kayak gini gimana sih. Ayok buruan laper.” ucap Shea lalu menarik lengan baju Sean.

“sabar, kunci motornya ilang.” ucap Sean sambil mencari di daerah sofa.

“nih?” ucap Shea sambil menunjukkan kunci motor dengan gantungan doraemon milik Sean.

Sean menghela nafas dan disambut dengan suara tawa kecil Shea. Sahabat ceweknya ini memang hobi sekali menjaili dirinya.

Kemudian keduanya pergi menuju kedai ramen kesukaan Shea dan memang sudah terkenal di kota ini. Sean melajukan motor matic-nya dengan kecepatan sedang.

“dingin gak?” tanya Sean. Karena hujan baru saja turun dan langit sudah kembali cerah walaupun masih agak mendung.

“biasa aja.” jawab Shea sambil melihat ke arah jalanan yang masih terdapat genangan air.

Tak lama, mereka sampai. Tetapi, Shea sepertinya melihat seseorang yang tidak asing.

“Se, liat gak?” tanya Shea kepada Sean yang masih berusaha memakirkan motornya.

“apa?” tanya Sean.

“ituuu liat gak?” tanya Shea lagi.

Sean berbalik badan dan berhadapan dengan Shea.

“apasiii?” tanya Sean sambil melepaskan helm Shea.

“kayaknya aku liat si Ica bareng cowoknya deh.” ucap Shea.

Sean sedang menaruh helm Shea lalu terkejut dan melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Shea barusan.

Sean menyipitkan matanya dan fokus kepada orang yang dia lihat.

“iya kayaknya deh. Mau disamperin?” tanya Sean sambil melepas helm miliknya.

“pengen sih, sambil aku mau tanya dia tuh kenapa si selama ini kok ngehindar banget deh.” ucap Shea sambil merapikan rambutnya yang sedikit basah.

“tapi kayaknya mau pulang ga si?” ucap Sean.

“kayaknya ga si? Lewat depan nya aja deh gausah ngomong.” ucap Shea.

“lah? Dikira setan dong lewat doang. Ya ngomong kek nyapa, halo ica gitu.” ucap Sean.

“yaudah ayo ih laper tau.” ucap Shea lalu menarik lengan kaos Sean.

Keduanya menghampiri Ica dan teman lelaki nya. Raut wajah Ica terlihat kaget dan kemudian tidak senang dengan kehadiran Shea dan Sean. Dan terlihat ingin segera pergi dari tempat itu.

“eh Ica. Udah lama Ca?” sapa Shea.

“udah.” ucap Ica dengan suara jutek.

“oalah, yaudah kita naik dulu ya.” ucap Shea.

“iya. Lagian juga aku udah mau balik sih.” ucap Ica lalu mengambil tasnya sambil mengajak temannya itu untuk keluar dari tempat tersebut.

Shea dan Sean kaget. Memang tidak biasanya Ica bersikap seperti ini. Dan baru kali ini Ica bersikap aneh.

“kenapasi dia?” tanya Sean sambil melihat ke arah Shea.

“gatau, coba deh besok aku tanyain waktu di kelas dia kenapa.” ucap Shea dengan raut wajah bingung.

“kenapa ga di chat aja?” tanya Sean.

“mana pernah dia bales chat. Kecuali dia minta jawaban tugas baru dia chat ke aku.” ucap Shea dan disambut dengan suara tawa kecil Sean.

“lah?” ucap Sean sambil tertawa kecil. Lalu keduanya menuju meja kasir untuk memilih mneu ramen yang akan mereka pesan.

Sambil menunggu makanan datang, Shea termenung mengingat sikap Ica yang berubah 180 derajat.

“ngalamun mulu, ntar kesambet kanjeng roro kidul baru tau.” ledek Sean sambil fokus bermain ludo.

“ya lagian heran aja sih, Ica kek gitu tuh kenapa.” ucap Shea sambil meminum sedikit lemontea nya.

“gausah dipikirin sekarang, besok aja tanyain kalo masuk kelas.” ucap Sean.

Shea menghembuskan nafasnya lalu tak lama makanannya datang.

Keesokan harinya…

Shea berangkat menuju kampus diantar oleh mamahnya yang katanya akan langsung menuju toko kue. Banyak sekali pesanan untuk acara ulang tahun teman mamahnya. Katanya si begitu.

“kamu nanti kalau sudah selesai kuliah langsung datang ke toko ya She. Bantuin mamah packing kue untuk nanti sore.” ucap mamahnya sambil menyetir.

“acaranya jam berapa?” tanya Shea.

“sebelum magrib She. Makanya itu kata kamu kelar kuliah jam sebelas siang. Jadi ada waktu kan?” tanya mamahnya.

“hmm nanti deh kalo ga di ajak makan sama temen temen.” ucap Shea.

“ajak aja ke toko She, kan banyak makanan. Gratis deh mamah traktir.” ucap mamahnya.

Memang toko kue milik keluarga Shea ini juga sekaligus cafe yang meyediakan banyak makanan kekinian. Favorit Shea adalah Spaghetti Crabonara yang sangat creamy.

Shea sampai di kampus lebih awal dari biasanya dan baru ada teman laki lakinya yang datang, Zayn.

“tumben gasik She.” ucap Zayn.

“iyaa nih ngikut mamah ada keperluan.” ucap Shea lalu diikuti anggukan Zayn.

“She, gue pamit ke belakang dulu yak. Tiati disini sendirian kalo ada hantu lari aja ke masjid pasti hantunya ikut tobat.” ucap Zayn lalu pergi menuju wc belakang.

“hah apaan si garing banget.” ucap Shea sambil tertawa kecil.

Shea duduk sendirian sambil menunggu teman temannya termasuk Sean. Katanya, Sean sedang mengisi bensin motornya.

“hai Shee!!! ya ampun gasik bangett.” ucap Naura dan Asya. Keduanya memang seringkali bersamaan karena mereka masih ada hubungan saudara.

“Iyaa nih gara gara mamah aku ada urusan jadi ngikut berangkat pagi deh.”ucap Shea lalu disambut anggukan oleh keduanya.

Tak lama, Ica dan Clea datang. Namun, keduanya tidak sedikitpun menyapa Shea, Naura dan Asya.

“bentar, mau nyamperin Ica dulu.” ucap Shea lalu berlari ke arah Ica dan Clea pergi.

“Ca! Ica! Bentar mau ngomong dong.” ucap Shea.

Ica dan Clea berhenti ketika mendengar suara Shea. Dari kejauhan juga terlihat Sean datang dan turun dari motor sambil menaruh helm hitam nya.

“ada apa Shea?” tanya Sean kepada Naura.

“gatau tuh, dibilang gausah peduliin si Ica, pake acara nyamperin segala.” jawab Naura.

Disamping itu, Ica berbalik badan dan berdiri berhadapan dengan Shea.

“apasi She?” tanya Ica.

“kamu yang kenapa? Banyak berubahnya tau ga” ucap Shea.

Sean terlihat berlari kecil menuju Shea.

“gausah peduliin aku lagi, ikut aja temen temen kamu yang beda banget sekarang ke aku.” ucap Ica.

“hah? Aku ga ngerti.”

“aku juga ga ngerti She sama kamu sama temen temen kamu yang emang beda banget perlakuan ke aku. Udah deh gausah tanya aku kenapa, mending tanya ke temen temenmu itu. Udah ya mending balik ke kelas deh daripada tanya kenapa aku.” ucap Ica lalu menarik tangan Clea sambil pergi meninggalkan Shea dan Sean yang baru saja datang.

“kenapa dia?” tanya Sean.

“gatau deh aneh.” ucap Shea.

Naura dan Asya datang menghampiri.

“lagian, udah aku kasih tau She, gausah ditanyain kenapa, dia tuh aneh.”

Shea terdiam sambil masih menatap Ica dan Clea jalan menuju ruang kelas.

 

Bersambung